Kisah ini terinspirasi dan diambil dari sebuah film bertema natal, namun mengajarkan kepada semua manusia yang masih memiki hati untuk merenunginya sesaat, sebentar saja, hanya sedikit waktu untuk membacanya, dan sedikit waktu untuk coba menemukan makna dibalik cerita ini. Mudah-mudahan bermanfaat, seperti juga yang telah diceritakan oleh seorang sahabat yang tidak ingin namanya tertulis disini.
Pada sebuah negeri terdapatlah seorang putri dibesarkan oleh ibu tirinya. Ibu tirinya ini adalah orang yang kaya raya, sehingga hampir sebagian dari penduduk negeri itu bekerja kepadanya. Ia adalah seorang wanita pekerja keras tak kenal waktu, energinya berlimpah sehingga nyaris tidak pernah terlihat lelah apalagi sakit, otaknya-pun cerdas namun sayangnya ia gunakan untuk mengekploitasi para pegawainya. Seluruh pagawai harus patuh pada aturan yang keluar dari mulutnya, sekalipun aturan yang dibuatnya terkadang berubah-ubah dalam hitungan menit dan dalam kondisi yang berbeda. Semua pegawai takut dan tidak berani melawan ucapannya, sebab tidak ada tempat bekerja lain selain perusahaan miliknya di negeri itu. Pegawai yang dianggap membangkang akan segera dikucilkan dan tidak diberikan tugas, sehingga pada akhirnya mundur dan berusaha membuka usaha sendiri. Pegawai harus datang tepat pada waktunya, jika terlambat ia akan memecat pegawai yang terlambat itu tanpa pesangon apapun. Bahkan pernah seorang wanita tua yang sejak kecil telah mengasuhnya, ia berhentikan dari jabatannya sebagai “juru masak” karena terlambat harus mengurus anak dan suami terlebih dahulu di rumahnya. Selang beberapa waktu sang juru masak itu meninggal dan sang Ibu Tiri itu menyuruh pegawainya yang lain untuk mengantarkan jasad wanita tua itu kerumahnya tanpa memberikan penghargaan apapun pada keluarganya.
Dari sekian banyak pegawai yang dimilikinya, ia juga memiliki satu orang kepercayaan. Orang ini menjadi tangan kanannya, dan tugasnya adalah memantau aktifitas pegawai yang lain agar bekerja sesuai keinginannya. Sekalipun orang kepercayaan, ia diperlakukan sama dengan pegawai yang lain, jika terlambat tetap akan diberi sangsi. Itulah sekilas tentang sosok sang Ibu Tiri dengan segala kekuasaan dan hartanya mampu membayar dan mengatur orang sesuai dengan keinginannya.
Ia memiliki seorang putri yang cantik jelita, namun putri itu bukanlah anak kandungnya melainkan ia ambil dari seorang wanita yang meninggal saat melahirkan putrinya itu. Sekalipun bukan anak kandung, ia memperlakukannya melebihi seorang ibu pada anaknya sendiri. Ia mengajarkan kepada putrinya itu bernyanyi, menari, dan memainkan alat musik dengan sungguh-sungguh. Hasilnya, sang putri menjadi sosok wanita yang diidolakan setiap orang di negeri itu. Ia sering tampil dan dibayar mahal setiap kali muncul dihadapan publik. Namun demikian, ia tidak pernah diajarkan untuk berbagi dengan orang lain. Ia tidak pernah diajarkan bagaimana merasakan penderitaan orang lain, bahkan ia tidak diperbolehkan bergaul dengan pegawai-pegawai sang Ibu. Pernah suatu saat ia sedang bernyanyi didepan para pegawai dan anak-anak lainnya, tiba-tiba sang Ibu Tiri datang dan langsung menarik lengannya dengan keras sampai sang putri kesakitan dan menangis. Saat itu sang Ibu Tiri mengatakan kepadanya : “kamu tidak boleh menyanyi untuk mereka, sebab mereka tidak mampu membayar kamu, mereka tidak punya uang untuk itu, dan kamu hanya boleh bernyanyi jika orang memintamu dengan bayaran”.
Ia dibesarkan dengan prinsip-prinsip hidup ‘kemandirian’ dengan mengatakan bahwa “jika ingin maju, maka kamu harus mampu berbuat sendiri”, “jangan meminta pada orang lain sebab mereka juga nanti akan meminta padamu”, “bekerja keras, dan keras pada pekerjamu”, “jika ingin berhasil maka pikirkan tentang dirimu saja, jangan sedikitpun kamu memikirkan bagaimana orang lain”. Demikianlah ia tumbuh dan berkembang dengan modeling langsung dari sang Ibu Tiri sampai datang suatu masa dimana sang Ibu Tiri meninggal dunia. Seluruh harta kekayaan dan pegawai yang dimilikinya jatuh ke tangan sang putri.
Sang Putri tidak merasa bersedih apalagi kehilangan sosok sang Ibu Tiri, sebab ia telah menjadi orang yang diinginkan oleh sang Ibu Tiri-nya itu. Ia menyuruh para pegawainya untuk mengubur jasad sang Ibu Tiri sementara ia dan orang kepercayaannya sibuk menghitung berapa jumlah kekayaan yang ditinggalkan kepadanya.
Beberapa hari kemudian, ditengah tidurnya ia terbangun karena mendengar suara dan bayangan yang menyerupai Ibu Tirinya. Ibu Tirinya datang berpakaian hitam-hitam dengan seluruh tubuh yang terbelenggu oleh rantai-rantai yang saling terhubung. Ia berkata : “Putriku, aku telah mengajarkan kepadamu sesuatu yang salah. Aku menyesal telah membesarkanmu dengan cara seperti itu, aku menyesal telah mengajarkanmu untuk tidak peduli pada orang lain, maka pedulilah kamu sekarang pada orang lain. Aku menyesal telah membuat dirimu menjadi kasar dan rakus pada harta seperti sekarang ini, maka berbuat baiklah pada orang lain mulai saat ini”. Sang Putri berkata : “siapa kamu, jangan menipuku dengan cara seperti itu, aku sangat mengenal Ibu Tiriku, ia tidak seperti kamu, ia tidak pernah berkata seperti kamu, kamu bukan Ibu Tiriku, pergi kamu… pergi…..”. Kemudian Sang Putri mengambil sepatu lalu melemparnya kearah suara dan banyangan yang menyerupai ibu tirinya. Bayangan itu kemudian pergi sambil menangis. Disela-sela tangisannya ia berkata : “Putriku, aku akan pergi…. namun besok selama tiga malam berturut-turut akan datang tiga orang kepadamu, ikutilah mereka”. “Pergi kamu… pergi…..”, sang putri kembali melempar bayangan itu.
Keesokan malamnya, putri kembali terbangun oleh suara dan banyangan seperti yang dijanjikan bayangan ibu tirinya. Putri menyuruhnya pergi, namun banyangan itu langsung menarik lengannya dan membawanya pergi. Dalam perjalanannya, mereka melewati terowongan yang penuh dengan warna-warni yang mencolok dan aneka permainan dan buah-buahan, hingga sampai pada suatu tempat dima ia melihat dirinya saat kecil dulu dan berkata : “bukankah itu aku? Aku sedang bermain-main, menari dan bernyanyi dengan anak-anak dan pegawai ibu tiriku? Ya… itu aku….”. Tiba-tiba ia melihat dirinya ditarik oleh sang ibu tiri yang tiba-tiba saja muncul dari belakangnya. Ia ditarik dengan kasarnya sampai ia menangis tersedu-sedu. Sang putri kemudian bertanya pada banyangan yang membawanya, “apa yang terjadi? Apa maksud semua ini?”. Banyangan itu kemudian berkata, “itu adalah masa lalumu, kau selalu diajarkan untuk kasar dan tidak boleh bergaul dengan orang-orang rendah seperti anak-anak pegawai ibu tirimu sehingga kau menjadi seperti sekarang ini. Kau menjadi tidak peduli pada penderitaan orang lain, kau peras pegawaimu tanpa kau peduli bahwa mereka juga punya kewajiban lain untuk keluarganya. Kau habiskan waktu mereka hanya untuk memenuhi ambisimu menumpuk harta sebanyak-banyaknya tanpa kau peduli bahwa mereka juga perlu waktu untuk istirahat. Kemudian bayangan itu menarik lengannya dengan kasar. Sang putri berteriak, “tidaaaak, kau tidak boleh kasar padaku, kau menarikku dengan semena-mena….” namun bayangan itu tidak menghiraukannya dan terus membawanya kembali pada alam kenyataan. Bayangan itu mengembalikannya pada dunia nyata kembali. Sang putri tersentak, dan saat terbangun dari tidurnya hari sudah menjelang pagi.
Keesokan malamnya, bayangan kedua datang. Sang putri sudah memperkirakan bahwa ia akan diajak kembali dengan kasar, maka ia menurut saja saat bayangan itu mengajak untuk pergi bersamanya. Dalam perjalanan kedua ini, mereka melalui sebuah lorong yang hampir sama dengan lorong sebelumnya, sebuah lorong yang penuh warna warni. Sampailah mereka pada suatu tempat dimana ia menyaksikan beberapa orang pegawainya sedang melempari gambar-gambar yang menyerupai dirinya. Mereka melempari gambar sang putri dengan tomat, air comberan, bahkan dengan kotoran ternak. Sang putri ingin berteriak, namun ia sadar bahwa itu hanya sia-sia. Ia hanya bisa berguman, “kurang ajar mereka, nanti akan aku pecat semua pegawai-pegawaiku itu, aku akan mengganti mereka dengan pegawai yang baru, apa mereka menyangka aku tidak mampu mencari orang-orang rendahan seperti mereka?, apa mereka menyangka aku ini bisa mereka perlakukan seperti itu?, lihat saja nanti!”. Selang beberapa saat, putri kembali menyaksikan ulah para pegawainya itu, dan ia menyaksikan muncul orang kepercayaannya menemui pegawai yang sedang asyik-asyiknya melempari gambarnya. Sang putri berkata, “mampus kalian sekarang, ia pasti akan memberikan hukuman atas perbuatan kalian!”. Kontan pada saat itu juga para pegawai menghentikan aktifitasnya dan berlarian menyelamatkan diri, namun orang kepercayaan itu memanggil mereka dengan berseru, “hai…. mengapa kalian pergi, apakah kalian tidak mengizinkan aku untuk ikut serta bersama kalian melempari gambar sang putri itu? Ini lihat, aku akan melemparnya dengan kotoran babi”. Betapa terkejutnya sang putri menyaksikan orang kepercayaan yang selama ini ia anggap sebagai tangan kanannya, ternyata dibelakangnya juga memperlakukannya sebagai musuh. “Dasar munafik kamu…. lihat nanti kamu juga akan aku pecat!”, gumamnya. Tanpa ia sadari banyangan itu telah menarik tangannya untuk kembali ke dunia nyata. Dalam perjalanan putri bertanya, apa yang aku saksikan tadi?”. “Itu adalah kehidupanmu saat ini. Kau merasa bahwa kau dihormati oleh orang lain, kau merasa bahwa kau disegani orang lain, kau merasa bahwa orang menganggapmu penting, kau merasa bahwa kau dibutuhkan orang lain, tapi…. kau bisa melihat bahwa semua itu hanya sandiwara. Kau disegani karena mereka saat ini membutuhkanmu, kau dihormati karena mereka tau kau butuh penghormatan, mereka hanya menganggap bahwa yang penting cuma uangmu, sementara dirimu…. mereka samakan dengan kotoran babi. Itulah dirimu putri…….”. “Tidak mungkin, aku akan memecat mereka semua besok pagi dan aku akan menemukan orang yang sama dengan mereka.
Keesokan paginya, sang putri memecat sebagian besar para pegawainya tanpa memberikan sedikitpun pesangon, bahkan hasil kerja yang seharusnya mereka terima juga ia lupakan. Kemudian ia membuat pengumuman dan merekrut para pegawai secara besar-besaran. Ia berhasil mendapatkan pegawai sesuai jumlah yang ia butuhkan, tetapi kemampuan dan kualitasnya jauh lebih rendah dari pegawai lamanya.
BERSAMBUNG………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar